Label

Minggu, 28 Februari 2016

fatamorgana

berdegup keras.
rambutnya, pembawaannya, bahkan hanya topi yang dia pakai

senja, aku jatuh cinta.
pada dia yang aku tak tau siapa.
senja, aku gila.

senja,
aku ingin dia.

Jumat, 26 Februari 2016

random II

kita ada untuk kemudian tiada.
hadir untuk pergi.
aku tidak menangisi kepergianmu.
aku juga tidak akan mengais kenangan setelahnya.
aku tidak.

kereta itu segera berangkat sayang, jangan lupa pulang.
jika kamu lupa jalan pulang. aku tidak akan menunggumu.
remeh sekali cinta kita di matamu sayang?
aku tidak menganggap ini remeh, justru aku yang ingin tau. seberarti apa ini di matamu?
ah, kamu selalu membuatku gemas dengan pertanyaan-pertanyaan sentimentil yang menyebalkan.

aku rindu sayang,
bau pundakmu.
rambut-rambut di kepalamu.
genggaman jari-jari kecilmu.

aku tidak pergi pun tidak menunggu.
kamu tau itu.

aku tau kau sedanfg pura-pura lupa, meski sesekali matamu mencariku
salah sayang, aku tidak disana.
entah aku berada di mana.

aku muak sayang, dengan semua kemauan
dengan segala kepura-pura an
aku sedang bermain drama
aku yang pura-pura jadi aku.

cinta itu lucu, sayang.
kamu yang bilang sayang.
kamu yang bilang kita satu. satuan

kamu dimana sayang?
kupingku tidak mampu mendengar suaramu.

kamu. hilang.
aku. muram.

tidak sayanfg, aku hanya bercanda.

Senin, 22 Februari 2016

random

baiknya kita mulai dari mana?
masa lalu atau masa sekarang?
tak bisakah kau lebih serius sedikit?
tak paham kah kau ada sesuatu yang akan menghabisi kita?

hingga senja datang kau pilih tetap diam, bersandar pada pundak ku. kau bilang, bau ku enak.
demi menahan tawa, aku bergeser demi menciptakan jarak. hingga kau bersungut dengan muka cemberut.

tak adil, selalu saja kau persiapkan perpisahan lebih awal. aku termangu memandang lautan.
kau bilang kau hanya sebentar,

aku mulai bersenandung.
diam. katamu. kau tidak suka lagu barusan.
ada yang salah dengan liriknya.
kau selalu mengomentari apapun.

apa yang kau tau soal cinta? kau bertanya seolah tak meyakini apa yang terucap dari bibirmu sendiri.
aku menoleh demi memahami makna kata yang kau ucap.
ku dapati mata itu, mata yang tak mampu aku bawa pulang.
belum sempat aku bicara kau tergugu sendiri. seolah ada yang lucu diantara perih yang tak kunjung kau bagi.

perlahan tangan mu bergerak lebih erat mengikat pinggangku.
kau bilang, berjanjilah apapun yang terjadi kita akan tetap begini.

apa maksudnya begini?
tentu aku tidak mau.
kau fikir aku puas hanya dengan menjadi mainan mu.

ingin rasanya aku meneriaki semua kesalku.
tapi seketika bungkam. melihat kau menangis seperti anak kecil kehilangan permennya.

sesaat kemudian kau berdiri, merapihkan pasir yang menempel di celana mu.
kau ikut? tanyamu penuh harap.
tanpa ku buka mulut kau sudah menarik tanganku.
curang. lagi-lagi kau membuatku bungkam.

hidup ini lucu. kau yang pegang kendali